Pada masa lalu kebanyakan orang memakai herbal karena tradisi atau alasan ekonomi tidak mampu membayar biaya dokter. Tampaknya, alasan tersebut mulai bergeser. Masyarakat semakin banyak yang memanfaatkan herbal sebagai pengobatan setelah menyadari khasiat dan keamanan herbal.
pengobatan herbal memiliki efek samping lebih rendah dari pada obat-obat kimiawi. Tidak heran bila herbal semakin populer tidak hanya di Indonesia, tetapi juga negara-negara lain yang telah melakukan berbagai penelitian mengenai khasiat herbal.
Masyarakat tradisional China menganggap makanan adalah sumber penyebab terjadinya penyakit. Contohnya, pola hidup modern yang tidak sehat memicu munculnya penyakit-penyakit mematikan. Gaya hidup yang serba sibuk dan serba ingin cepat membuat sebagian masyarakat tidak meluangkan waktu untuk mengonsumsi makanan-makanan sehat yang dibutuhkan oleh tubuh.
Demi kepraktisan, langkah kaki lebih sering menuju restoran-restoran cepat saji dari pada makanan sehat (berserat) buatan sendiri. Tempat-tempat yang menyajikan makanan cepat saji ini makin mudah ditemui terutama di kota-kota besar. Meski harganya relatif tinggi, ternyata tidak menyurutkan niat mereka untuk menikmatinya. Bahkan, kandungan lemak di dalamnya yang dapat membahayakan kesehatan pun seolah terbang dari pikiran.
Karena kesibukan pula mereka sampai tidak dapat meluangkan waktu berolahraga secara teratur untuk membakar lemak tubuh yang menumpuk. Akibatnya, berbagai penyakit hinggap karena pola hidup yang tak sehat. Jantung koroner adalah salah satu penyakit yang timbul akibat adanya lemak berlebih dalam tubuh.
Penyakit ini awalnya disebabkan penumpukan lemak dalam pembuluh darah jantung atau pembuluh Koroner. Bahkan, penyakit mematikan yang lain semisal kanker, diperkirakan pada 2010 akan menjadi pembunuh nomer satu di dunia. Di Indonesia, dari sekian banyak kanker serviks merupakan kanker pembunuh nomer satu para wanita.
Diikuti faktor-faktor pendukung lain yang memperparah penyakit, para penderita penyakit mematikan awalnya berbondong-bondong pergi ke dokter. Ketika pengobatan konvensional tidak memberikan hasil yang di harapkan mereka kemudian beralih ke pengobatan herbal. Para penderita penyakit mematikan yang berhasil sembuh dengan obat herbal menambah deretan keberhasilan kisah gaya hidup Back to Nature. Padahal, ada yang datang ke dokter lalu divonis tak ada harapan sembuh, begitu beralih ke pengobatan herbal ia sembuh dan dapat bekerja seperti sediakala.
Penting untuk selalu diingat bahwa pemakaian herbal sebagai obat bukan berarti aman 100%. Pengobatan dengan herbal memiliki ketentuan atau takaran sendiri. Jika berlebih tetap akan menimbulkan efek samping. Endah Lasmadiwati, praktisi herbal di Jakarta pernah menuturkan terjadinya ‘kasus’ setelah mengkonsumsi buah mahkota dewa dan temu putih yang di jadikan andalan untuk menumpas sel kanker.
Selain sakit tenggorokan mendadak, orang yang mengkonsumsi ramuan tersebut justru mengalami pendarahan. Usut punya usut, ternyata biji mahkota dewa tidak boleh dikonsumsi karena sangat beracun. Buah mahkota dewa dan temu putih pun tidak boleh diminum selagi haid karena akan memperhebat pendarahan.
Oleh karenanya, penderita harus berhati-hati terutama masalah dosis. Sebelum mengkonsumsi herbal, penderita harus teliti ketika membeli atau mencari bahan-bahan yang di butuhkan agar tidak terjadi kesalahan. Jangan asal mengkonsumsi. Pelajari terlebih dahulu atau bertanyalah kepada yang ahli.
Kedisiplinan dalam mengkonsumsi herbal juga memegang peranan penting dalam pengobatan herbal. Herbal bersifat konstruktif dan detoktif. Oleh karena itu, keteraturan dan kontinuitas dalam mengkonsumsi herbal sangat di butuhkan. Semakin si penderita disiplin akan semakin cepet pula dampak positif yang dirasakannya.
Sumber artikel dikutip dari Buku Herbal sebagai Obat bagi Penderita Penyakit Mematikan, oleh Sabrina Maharani Penerbit A Plus